P2P (Peer-to-Peer) dalam industri kripto adalah model perdagangan di mana pengguna bisa saling menukar aset digital secara langsung, tanpa peran platform terpusat yang mengelola transfer dana maupun aset. Metode ini memungkinkan pembeli dan penjual bernegosiasi secara langsung terkait harga, cara pembayaran, dan syarat perdagangan, sepenuhnya menampilkan prinsip inti desentralisasi dari teknologi blockchain. Pada bursa kripto, platform P2P biasanya hanya berfungsi sebagai penyedia layanan pencocokan, sementara aliran dana berlangsung langsung antar pengguna—berbeda mendasar dari bursa terpusat (CEX) yang ikut terlibat dalam transaksi.
Ciri utama trading P2P terletak pada mekanisme transaksi langsung antar pengguna. Dalam skema ini, platform hanya menawarkan layanan pendukung seperti publikasi informasi, penilaian reputasi, serta penyelesaian sengketa, namun tidak mengendalikan aset kripto milik pengguna. Pengguna leluasa memilih metode pembayaran rupiah sesuai keinginan, misalnya transfer bank, Alipay, WeChat Pay, dan lainnya. Fleksibilitas inilah yang membuat P2P populer sebagai pintu masuk bagi banyak pemula di dunia kripto. Namun, model ini juga memiliki risiko mitra transaksi, seperti pihak tidak bertanggung jawab yang menahan aset kripto setelah menerima pembayaran. Untuk meminimalisir risiko tersebut, beberapa platform menerapkan sistem escrow yang menahan sementara aset kripto penjual hingga transaksi selesai.
Perdagangan P2P punya dampak besar terhadap ekosistem kripto. Pertama, P2P memberikan alternatif untuk mengatasi pembatasan regulasi dari lembaga keuangan konvensional, sehingga pengguna global lebih mudah mengakses aset kripto. Kedua, di negara dengan regulasi ketat, P2P menjadi jalur utama bagi investor untuk melakukan transaksi kripto, membentuk ekosistem unik tersendiri. Selain itu, harga di P2P sering kali mencerminkan interaksi riil antara penawaran dan permintaan, sehingga dapat berbeda dari harga di bursa global, memunculkan fenomena “premium” atau “diskon” yang menjadi peluang bagi trader arbitrase.
Di sisi lain, model P2P menghadapi berbagai risiko dan tantangan. Dari aspek kepatuhan, banyak negara membatasi transfer dana dalam jumlah besar antar individu sehingga memperkuat tekanan regulasi pada perdagangan P2P. Dari segi keamanan, risiko penipuan cukup tinggi—mulai dari bukti pembayaran palsu, pembatalan transfer sepihak, hingga modus lainnya. Dalam hal pengalaman pengguna, transaksi P2P cenderung membutuhkan waktu lebih lama, tingkat likuiditas lebih rendah dibandingkan bursa terpusat, dan rentan mengalami slippage saat volatilitas harga ekstrem. Isu perlindungan privasi juga penting, sebab kedua pihak harus membagikan data pembayaran pribadi.
Model trading P2P merefleksikan esensi awal blockchain: membangun sistem transfer nilai antar individu tanpa membutuhkan pihak ketiga. Meski terdapat sejumlah risiko dan ketidaknyamanan, P2P tetap menjadi pilihan pertukaran aset yang relatif bebas bagi pengguna global, khususnya di kawasan dengan layanan keuangan konvensional yang terbatas. Seiring perkembangan regulasi dan teknologi, platform P2P diproyeksikan mampu menghadirkan mekanisme transaksi yang lebih aman dan praktis, sehingga semakin memperkuat adopsi serta pemanfaatan kripto secara luas.
Bagikan